Hakekat Membaca
Menurut Kolker (1983: 3) membaca merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis.
Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan,
perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak.
Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan,
perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak.
Doglass (dalam Cox, 1988: 6) memberikan definisi membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran.
Sejalan dengan itu Rosenblatt (dalam Tompkins, 1991: 267) berpendapat bahwa membaca merupakan proses
transaksional. Proses membaca berdasarkan pendapat ini meliputi langkah-langkah selama pembaca mengkonstruk makna melalui
interaksinya dengan teks bacaan. Makna tersebut dihasilkan melalui proses transaksional. Dengan demikian, makna teks
bacaan itu tidak semata-mata terdapat dalam teks bacaan atau pembaca saja.
transaksional. Proses membaca berdasarkan pendapat ini meliputi langkah-langkah selama pembaca mengkonstruk makna melalui
interaksinya dengan teks bacaan. Makna tersebut dihasilkan melalui proses transaksional. Dengan demikian, makna teks
bacaan itu tidak semata-mata terdapat dalam teks bacaan atau pembaca saja.
Fredick Mc Donald (dalam Burns, 1996: 8) mengatakan bahwa membaca merupakan rangkaian respon yang kompleks, di antaranya
mencakup respon kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang
meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif. Menurutnya,
aktiivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilam tersebut dilakukan secara bersama-sama dalam suatu
keseluruhan yang terpadu
mencakup respon kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang
meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif. Menurutnya,
aktiivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilam tersebut dilakukan secara bersama-sama dalam suatu
keseluruhan yang terpadu
Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah:
1. Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan.
2. Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.
3. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
4. Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
5. Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
6. Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan.
7. Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.
1. Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan.
2. Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.
3. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
4. Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
5. Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
6. Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan.
7. Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.
Syafi’i (1999:7) juga menyatakan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut
proses mekanis, beberapa psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
proses mekanis, beberapa psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Adapun Farris (1993: 304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan
yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian,
pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang
terdapat di dalam bacaan.
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut,
pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah
dimiliki.
yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian,
pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang
terdapat di dalam bacaan.
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut,
pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah
dimiliki.
Proses Membaca
Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses membaca, di antaranya model bottom-up, top-down, dan model
interaktif. Model botton-up menganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu menerjemahkan
simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi. Pendapat itu menurut Harjasujana (1986: 34) sama dengan pendapat Flesch
(1955) yang mengatakan bahwa membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf tertentu.
interaktif. Model botton-up menganggap bahwa pemahaman proses membaca sebagai proses decoding yaitu menerjemahkan
simbol-simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi. Pendapat itu menurut Harjasujana (1986: 34) sama dengan pendapat Flesch
(1955) yang mengatakan bahwa membaca berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf tertentu.
Begitu juga menurut pendapat Fries (dalam Harjasujana, 1986: 34) bahwa membaca sebagai kegiatan yang mengembangkan kebiasaan-
kebiasaan merespon pada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat-pendapat di atas ternyata
ditentang oleh Goodman (dalam Cox, 1998: 270) yang menyatakan bahwa membaca sebagai proses interaksi yang menyangkut
sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca yang sudah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan
kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan, membaca seperti itu disebut
model top-down.
kebiasaan merespon pada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Pendapat-pendapat di atas ternyata
ditentang oleh Goodman (dalam Cox, 1998: 270) yang menyatakan bahwa membaca sebagai proses interaksi yang menyangkut
sebuah transaksi antara teks dan pembaca. Pembaca yang sudah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan
kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan, membaca seperti itu disebut
model top-down.
Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-up dan model top-down akhirnya dipersatukan oleh Rumelhart dengan nama model
interaktif. Rumelhart (dalam Harris dan Sipay, 1980: 8) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar
membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan pengetahuan yang berada dalam skemata. Membaca merupakan suatu
proses menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada dan informasi itu telah
dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.
interaktif. Rumelhart (dalam Harris dan Sipay, 1980: 8) menyatukan dua pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar
membaca permulaan bergantung pada informasi grafis dan pengetahuan yang berada dalam skemata. Membaca merupakan suatu
proses menyusun makna melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan pembaca yang telah ada dan informasi itu telah
dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.
Burns, dkk. (1996: 6) menyatakan bahwa aktifitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk
membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan
komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari pengkonstruksian
makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan
komunikasi yang baik antara pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari pengkonstruksian
makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Lebih lanjut Burns, dkk. (1996:8) mengemukakan sembilan proses membaca tersebut yaitu:
(1) mengamati simbol-simbol tulisan,
(2) menginterprestasikan apa
yang diamati,
yang diamati,
(3) mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis,
(4) menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dipunyai,
(5) membuat referensi dan evaluasi materi yang dibaca,
(6) mengingat apa yang dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru,
(7) membangun asosiasi,
(8) menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai dengan interesnya,
(9) mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk memahami materi yang dibaca.
Periode Membaca
1. Prabaca
Menurut Burns, dkk. (1996: 224) siswa akan terdorong memahami keseluruhan materi jika para guru membiasakan kegiatan
membaca dengan aktivitas prabaca, saatbaca, dan pascabaca. Tahap-tahap membaca itu tidak sama prosedurnya. Tahap prabaca
berbeda dengan tahap saat-baca dan pascabaca sebab tahap-tahap itu memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula.
Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi mahasiswa untuk membangkitkan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas tersebut
menurut Burns, dkk. (1996:224) bisa berupa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun pertanyaan tujuan. Adapun
Moore (1991: 22) menyarankan kepada siswa agar pada prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan
yang dilanjutkan dengan menyusun pertanyaan. Leo (1994: 5) mempertegas pendapat Moore bahwa sebelum kegiatan membaca,
siswa mensurvei judul bab supaya bisa mengembangkan membaca secara efektif ,dan bisa mengatur waktunya secara fleksibel.
membaca dengan aktivitas prabaca, saatbaca, dan pascabaca. Tahap-tahap membaca itu tidak sama prosedurnya. Tahap prabaca
berbeda dengan tahap saat-baca dan pascabaca sebab tahap-tahap itu memerlukan teknik pembelajaran yang berbeda pula.
Aktivitas pada tahap prabaca sangat berguna bagi mahasiswa untuk membangkitkan pengetahuan sebelumnya. Aktivitas tersebut
menurut Burns, dkk. (1996:224) bisa berupa membuat prediksi tentang isi bacaan, dan menyusun pertanyaan tujuan. Adapun
Moore (1991: 22) menyarankan kepada siswa agar pada prabaca, siswa menganalisis judul bab, subjudul, gambar, pendahuluan
yang dilanjutkan dengan menyusun pertanyaan. Leo (1994: 5) mempertegas pendapat Moore bahwa sebelum kegiatan membaca,
siswa mensurvei judul bab supaya bisa mengembangkan membaca secara efektif ,dan bisa mengatur waktunya secara fleksibel.
2. Saat-baca
Aktivitas pada tahap saat-baca merupakan kegiatan setelah prabaca. Kegiatan ini dilakukan siswa untuk memperoleh
pengatahuan baru dari kegiatan membaca teks bacaan. Dalam membaca tersebut, siswa akan berusaha secara maksimal memahami
teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk. (1996:229-236) mengemukakan beberapa strategi dan aktivitas yang dapat
digunakan pada saat-baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputi strategi
matakognitif, prosedur cloes dan pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo (1994: 8) lebih menekankan pada kegiatan membaca
dengan cara menandai bagian-bagian yang dianggap penting dan atau membuat ikhtisar bacaan tersebut.
pengatahuan baru dari kegiatan membaca teks bacaan. Dalam membaca tersebut, siswa akan berusaha secara maksimal memahami
teks bacaan dengan berbagai strategi. Burns, dkk. (1996:229-236) mengemukakan beberapa strategi dan aktivitas yang dapat
digunakan pada saat-baca untuk meningkatkan pemahaman tersebut. Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputi strategi
matakognitif, prosedur cloes dan pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo (1994: 8) lebih menekankan pada kegiatan membaca
dengan cara menandai bagian-bagian yang dianggap penting dan atau membuat ikhtisar bacaan tersebut.
3. Saat-baca
Aktivitas pada tahap pascabaca, menurut Burns, dkk. (1996:237) digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru
yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Strategi
yang bisa digunakan dalam pascabaca dapat berupa pembelajaran pengayaan, pertanyaan, representasi visual, teater pembaca,
penceritaan kembali dan aplikasi.
yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Strategi
yang bisa digunakan dalam pascabaca dapat berupa pembelajaran pengayaan, pertanyaan, representasi visual, teater pembaca,
penceritaan kembali dan aplikasi.
Jenis-Jenis Membaca Dari Aspek kegiatannya
1. Membaca Keras
Membaca keras merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada ketepatan bunyi, irama, kelancaran, perhatian terhadap
tanda baca. Kegiatan membaca seperti ini disebut juga sebagai kegiatan “membaca teknis”.
tanda baca. Kegiatan membaca seperti ini disebut juga sebagai kegiatan “membaca teknis”.
2. Membaca dalam Hati
Membaca dalam Hati merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun
rincian-rinciannya. Secara fisik membaca dalam hati harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca, menggunakan
telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.
rincian-rinciannya. Secara fisik membaca dalam hati harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca, menggunakan
telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.
3. Membaca Cepat
Yaitu membaca yang tidak menekankan pada pemahaman rincian-rincian isi bacaan, akan tetapi memahami pokok-pokoknya saja.
Membaca ini dapat dilakukan dengan menggerkkan mata dengan pola-pola tertentu.
Membaca ini dapat dilakukan dengan menggerkkan mata dengan pola-pola tertentu.
4. Membaca Rekreatif
Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk membina minat dan kecintaan membaca; biasanya bahan bacaab diambil dari
cerpen dan novel.
cerpen dan novel.
5. Membaca Analitik
Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari informasi dari bahan tertulis; menghubungkan satu kejadian dengan
kejadian yang lain, menarik kesimpulan yang tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
kejadian yang lain, menarik kesimpulan yang tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
Menurut Bentuknya
1. Membaca Intensif (Qira’ah Mukatsafah)
Yaitu membaca yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan utama dalam membaca dan memperkaya perbendaharaan kata serta
menguasai qawaid yang dibutuhkan dalam membaca.
menguasai qawaid yang dibutuhkan dalam membaca.
2. Membaca Ekstensif (Qira’ah Muwassa’ah)
Yaitu membaca yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan.
Teknik Membaca

Namun, terdapat beberapa teknik teknik membaca, dimana dapat membantu kita menambah pemahaman dan kemampuan anda dalam membaca.
Berikut adalah 4 teknik membaca yang bisa digunakan di masing masing situasi yang berbeda beda :
1. Scanning
Scanning adalah strategy membaca dengan cara menscanning semua teks dalam buku/kertas dengan melihat secara keseluruhan dalam lembar yang diset oleh pembaca. scanning adalah Gambaran ingatan dari lembar buku/kertas yang dilihat pada batas tertentu dan mengingat ingat bagian / penuh halaman tersebut.
Scanning adalah strategy membaca dengan cara menscanning semua teks dalam buku/kertas dengan melihat secara keseluruhan dalam lembar yang diset oleh pembaca. scanning adalah Gambaran ingatan dari lembar buku/kertas yang dilihat pada batas tertentu dan mengingat ingat bagian / penuh halaman tersebut.
2. Skimming
Skimming adalah membaca teks secara cepat, menyeluruh untuk memperoleh gambaran umum, bagian penting, dan menyegarkan ingatan akan apa yang pernah kita baca.
Skimming adalah membaca teks secara cepat, menyeluruh untuk memperoleh gambaran umum, bagian penting, dan menyegarkan ingatan akan apa yang pernah kita baca.
3. Selecting
Selecting Adalah memilih teks dan bagian teks yang dibaca berdasarkan kebutuhan. Teknik ini dilakukan sebelum kegiatan membaca, misalnya saat membaca judul-judul berita di surat kabar.
Selecting Adalah memilih teks dan bagian teks yang dibaca berdasarkan kebutuhan. Teknik ini dilakukan sebelum kegiatan membaca, misalnya saat membaca judul-judul berita di surat kabar.
4. Skipping
Skipping adalah kegiatan membaca yang mengabaikan atau melompati bagian yang tidak diperlukan atau bagian yang sudah dimengerti.
Skipping adalah kegiatan membaca yang mengabaikan atau melompati bagian yang tidak diperlukan atau bagian yang sudah dimengerti.
Membaca Pemahaman
Banyak definisi membaca pemahaman yang disampaikan oleh para ahli. Definisi itu secara umum mempunyai arti yang hampir
sama, yaitu memahami informasi secara langsung yang ada dalam teks bacaan itu dan memahami informasi yang tidak secara
langsung dalam teks. Pendapat-pendapat yang mendukung definisi itu diantaranya adalah:
Rubin (1993: 194) mendefinisikan bahwa membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah
pengetahuan. Membangun sejumlah pengetahuan itu menurut Nola Banton Smith dalam Rubin (1993:195) bisa berupa kemampuan
pemahaman literal, interpretatif, kritis, dan kreatif. Hal itu diperkuat oleh Burns (1996:255) bahwa membaca pemahaman
terdiri empat tingkatan, yaitu pemahaman literal (literal comprehension), pemahaman interpretatif (interpretative
comprehension), pemahaman kritis (critical comprehension) dan pemahaman kreatif (creative comprehension).
Beberapa kemampuan yang ada dalam membaca literal, interpretatif, kritis, dan kreatif dapat diuraikan lebih rinci lagi
mulai dari definisi sampai dengan aktivitasnya. Penjelasan tentang definisi dan aktivitasnya tersebut, Syafi’ie (1999:
31) mengatakan bahwa pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks
bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memamhami arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan itu seperti apa
adanya. Dalam pemahaman literal ini tidak terjadi pendalaman pemahaman terhadap isi inforasi bacaan. Yang terjadi hanya
mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan
kata tanya apa, siapa, kapan, bagaimana, mengapa.
sama, yaitu memahami informasi secara langsung yang ada dalam teks bacaan itu dan memahami informasi yang tidak secara
langsung dalam teks. Pendapat-pendapat yang mendukung definisi itu diantaranya adalah:
Rubin (1993: 194) mendefinisikan bahwa membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah
pengetahuan. Membangun sejumlah pengetahuan itu menurut Nola Banton Smith dalam Rubin (1993:195) bisa berupa kemampuan
pemahaman literal, interpretatif, kritis, dan kreatif. Hal itu diperkuat oleh Burns (1996:255) bahwa membaca pemahaman
terdiri empat tingkatan, yaitu pemahaman literal (literal comprehension), pemahaman interpretatif (interpretative
comprehension), pemahaman kritis (critical comprehension) dan pemahaman kreatif (creative comprehension).
Beberapa kemampuan yang ada dalam membaca literal, interpretatif, kritis, dan kreatif dapat diuraikan lebih rinci lagi
mulai dari definisi sampai dengan aktivitasnya. Penjelasan tentang definisi dan aktivitasnya tersebut, Syafi’ie (1999:
31) mengatakan bahwa pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks
bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memamhami arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan itu seperti apa
adanya. Dalam pemahaman literal ini tidak terjadi pendalaman pemahaman terhadap isi inforasi bacaan. Yang terjadi hanya
mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan
kata tanya apa, siapa, kapan, bagaimana, mengapa.
Membaca interpretatif
Membaca interpretatif merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks
bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca hanya
mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif, pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan
penulis secara tersirat. Menurut Syafi’ie (1999:36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman literal yang
aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memahami hubungan sebab-akibat, membuat perbandingan-
perbandingan, menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.
bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca hanya
mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif, pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan
penulis secara tersirat. Menurut Syafi’ie (1999:36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman literal yang
aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memahami hubungan sebab-akibat, membuat perbandingan-
perbandingan, menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.
Membaca kritis
Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan
melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu. Oleh para ahli membaca kritis ini dipandang sebagai jenis
membaca tersendiri sehingga para ahli membuat definisi yang redaksinya berbeda-beda. Menurut Burns (1996:278) membaca
kritis adalah mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang
diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, dan kesesuaian. Pembaca kritis harus bisa menjadi pembaca yang
aktif, bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian/keputusan sampai ia mempertimbangkan semua materi.
melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu. Oleh para ahli membaca kritis ini dipandang sebagai jenis
membaca tersendiri sehingga para ahli membuat definisi yang redaksinya berbeda-beda. Menurut Burns (1996:278) membaca
kritis adalah mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang
diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, dan kesesuaian. Pembaca kritis harus bisa menjadi pembaca yang
aktif, bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian/keputusan sampai ia mempertimbangkan semua materi.
Membaca kreatif
Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus
berpikir kritis dan harus menggunakan imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan,
pengalaman dan meningkatkan ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan baru. Proses
membaca kreatif ini menurut Syafi’ie (1999:36) dimulai dari memahami bacaan secara literal kemudian menginterpretasikan
dan memberikan reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan
pemikiran-pemikiran sendiri untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan dan pola-pola pikiran baru.
berpikir kritis dan harus menggunakan imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan,
pengalaman dan meningkatkan ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan baru. Proses
membaca kreatif ini menurut Syafi’ie (1999:36) dimulai dari memahami bacaan secara literal kemudian menginterpretasikan
dan memberikan reaksinya berupa penilaian terhadap apa yang dikatakan penulis, dilanjutkan dengan mengembangkan
pemikiran-pemikiran sendiri untuk membentuk gagasan, wawasan, pendekatan dan pola-pola pikiran baru.

Tujuan Membaca
Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu ketrampilan bertujuan untuk mengenali aksara dan tanda-tanda baca, mengenali hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning (Broughton et al dalam Sue 2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna dari bentuk-bentuk yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan maksud, tujuan atau keintensifan dalam membaca (Tarigan 1979:9).
Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam membaca di bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan membaca antara lain:
- Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
- Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan membaca halamn demi halaman.
- Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for sequenceor organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan hubungan antar bagian-bagian cerita.
- Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan penulis.
- Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal (Anderson dalam Tarigan 1979:10).
- Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate). Jenis membaca tersebut bertujuan menemukan suatu keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis ini memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan mengujinya kembali.
- Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Tujuan membaca tersebut adalah untuk menemukan bagaimana cara, perbedaan atau persamaan dua hal atau lebih.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar